K-wave melanda seluruh
negeri. Negara dengan julukan negeri ginseng ini sekarang sedang popular
dimana-mana. Negara yang dulunya tertutup ini sekarang berubah menjadi negara
maju yang disejajarkan dengan Jepang dan Amerika. Tapi, mungkin orang lebih
mengenal Korea Selatan (selanjutnya saya sebut dengan Korea) dari drama dan
boyband/ girlbandnya. Karena terpesona oleh tampilan mereka di layar kaca, baik
karena kemolekan pemain, alur cerita, teknologi, keindahan alam dan sebagainya
, tidaklah mengherankan jika banyak orang yang tertarik untuk datang sekedar
berwisata atau bahkan bermimpi tinggal di sana.
Mungkin
tidak banyak orang yang mengetahui kalau masyarakat Korea
percaya bahwa mereka
merupakan keturunan Dewa dan Beruang. Legenda ini diceritakan secara
turun-temurun dari generasi ke generasi. Saat Korea menghadapi masa-masa sulit,
cerita inilah yang menguatkan mereka. Keyakinan jika mereka adalah bangsa yang
tekun dan sabar mampu mengubah wajah Korea hanya dalam kurun waktu kurang dari
satu abad. Masyarakat Korea juga dikenal memiliki rasa percaya diri yang
tinggi. Tidak heran, memakai produk dalam negeri merupakan kebangaan bagi
mereka.
Meskipun
memiliki percaya diri yang tinggi, orang Korea sangat streotipe dalam berpikir.
Segala sesuatu sudah dikotak-kotakkan dan diletakkan pada tempatnya. Menjadi
berbeda berarti menjadi wangta atau orang terbuang. Ini tercermin dalam
berbagai aspek kehidupan mereka. Contohnya dalam penampilan, biarpun
fashionable, saat satu model sedang menjadi tren, semua pemuda akan
berpenampilan sesuai dengan tren tersebut. Kalau pun ada perbedaan, itu
sangatlah sedikit (halaman 25).
Jika diperhatikan, baik dalam
drama ataupun kehidupan nyata, orang Korea sering bertanya “Apa kamu sudah
makan?” (pabmeogeosseoyo?). Pertanyaan ini sebenarnya merupakan bentuk
basa-basi yang bisa dijawab dengan anggukan kecil atau senyuman. Sapaan
tersebut juga sama dengan “Hai, apa kabar?” atau “How are you?”. Lalu
mengapa orang Korea sangat senang menggunakan kata makan sebagai bentuk sapaan?
Kebiasaan
ini tidak terlepas dari sejarah Korea. Pada tahun 1910 Korea yang tidak pernah
dijajah akhirnya harus tunduk pada Jepang. Seperti halnya Indonesia, Korea
mengalami pendudukan Jepang selama 35 tahun. Pada tahun 1945, saat Jepang
dipaksa menyerah pada sekutu, Indonesia dan Korea menjadi negara merdeka. Tapi
Korea tidak serta merta bisa membangun negaranya karena mereka harus berhadapan
lagi dengan perang saudara pada tahun 1950 yang memisahkan negara itu menjadi
utara dan selatan. Keadaan sesudah perang membawa Korea pada kemelaratan. Bisa
makan nasi sudah merupakan kemewahan. Makan sekali sehari itu sudah beruntung.
Oleh karena itu, adalah sopan dan menunjukkan kepedulian jika bertemu dengan
seseorang dan bertanya apakah orang itu sudah makan. Kebiasaan itu masih
terbawa sampai sekarang meskipun di tengah kelimpahan dan kemajuan ekonomi
orang bisa makan apa saja yang mereka mau (halaman 35-36).
Berbicara
mengenai sejarah, Korea memiliki sejumlah objek wisata yang sangat menarik dan menjadi
top five yang wajib dikunjungi saat bertandang ke Korea yaitu Gyeongbokgung,
Nami Island, DMZ, Hangang Bridge dan Gyeongju. Gyeongbokgung, istana yang
memiliki seribu kisah, film-film kerajaan biasanya mengambil lokasi syuting di
sini. Nami Island yang dipercaya oleh masyarakat merupakan kuburan dari seorang
jenderal, pulau ini juga merupakan tempat pembuatan drama Winter Sonata.
Hangang Bridge merupakan saksi bisu perang sauara antara Korea Utara dan Korea
Selatan tahun 1950 yang menewaskan ribuan orang. DMZ merupakan wilayah
perbatasan Korea Utara dan Selatan dan disebut sebagai “daerah yang paling
berbahaya di dunia”. Gyeongju, peninggalan sejarah yang berusia lebih dari 2000
tahun, yang dulunya merupakan ibu kota kerajaan Shilla kuno. (Kalau ada yang
pernah nonton drama Queen Seondeok (2009) atau yang terbaru Goblin (2017),
pasti nama Shilla tidak asing).
Selain
tempat bersejarah, Korea juga memiliki tempat dengan Panorama yang indah serta
objek wisata yang terbentuk dari keajaiban alam. Tempat apa yang menjadi top
five? bisa dibaca sendiri di buku A to Z Korea yang ditulis oleh Nancy Dinar.
⚛⚛⚛
Secara
keseluruhan, saya sangat menikmati membaca buku ini. Berpuluh-puluh halaman bisa
saya lahap tanpa saya sadari. Buku ini tidak seperti buku-buku wisata lainnya
yang hanya mengungkap lokasi wisata menarik. Tetapi, mengupas Korea dari kulit
sampai isinya. Saya yang menyukai sejarah, juga terpuaskan dengan penjelasan
yang diberikan di beberapa bagian sehingga pembaca bisa lebih memahami gambaran
masyarakat Korea secara utuh. Pengalaman 12 tahun tinggal di Korea menjadi
kekuatan dan kelebihan Nancy dalam menulis buku ini.
Tidak
seperti buku Wisata Hemat Sydney dan Blue Mountains, Nancy melakukan promosi
dengan sangat elegan. Promosi diselipkan sebagai suatu fakta yang memang
sewajarnya disampaikan. Saya tidak akan menyadarinya, jika tidak membaca profil
penulis.
Setiap uraian di buku ini
diperkuat dengan gambar. Sayangnya, penulis tidak memberikan keterangan di
bawah gambar tersebut. Di beberapa bagian juga masih ada kesalahan penulisan
meskipun tidak banyak.
Saya merekomendasikan A to Z
Korea untuk siapa saja yang ingin memahami Korea lebih mendalam atau bagi
mereka yang hanya sekedar ingin berwisata. 4,5 dari 5 bintang untuk buku yang
luar biasa ini.
Detail Buku
Judul : Korea A to Z
Penulis : Nancy Dinar
Halaman : 188 halaman
Cetakan : April 2013
ISBN : 9789792294354
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
oh buku toh , wah baca juga kayak kita pergi ke sana sambil berimajinasi
BalasHapusIya mbak buku. Belum dapat rezeki untuk ke sana. Jadi, yaa baca dan berimajinasi dulu untuk bekal. Siapa tahu ntar ada yang bayarin #maunyaaa hehe :-D
HapusJadi tahu ya Korea itu gimana, mdh2an suatu hari bisa baca juga :)
BalasHapusIya mbak, serasa mengenal Korea dari dalam, lebih ngerti kondisi negara dan orangnya :-D
HapusCocok nih buat adik saya yang K-Poper dan drakor lover :)
BalasHapus