Home Ads

18.1.17

Prioritas dalam Menuntut Ilmu, Mengamalkan dan Mendakwahkannya


Banyak kita temui orang yang kelihatannya berilmu tapi tidak pernah menyeru pada kebaikan. Sebaliknya, banyak yang menyeru pada kebaikan tetapi diri dan keluarganya tidak diperhatikan. Ada lagi, orang yang beribadah tetapi tidak didasarkan ilmu yang benar, hanya berdasarkan asumsi atau melihat contoh tanpa tahu dalilnya.
Buku Prioritas Ilmu, Amal dan Dakwah ini membahas pentingnya menuntut ilmu kemudian mengamalkan ilmu yang telah diperoleh kemudian mendakwahkan/ mengajak orang lain ikut serta.
Di bab-bab awal, penulis memberikan motivasi akan pentingnya menuntut ilmu dan menjawab pertanyaan yang terkadang hinggap di pikiran seorang muslim. “Apakah
tidak menuntut ilmu akan menjadi penyebab keselamatan? Mengingat ilmu yang sedikit akan menuntut amal yang sedikit pula?” Di sini, Penulis menjawab dengan tegas bahwa sengaja tidak mau menuntut ilmu hukumnya adalah HARAM. Sebab, setiap orang diwajibkan untuk menuntut ilmu dan belajar sesuai kemampuan masing-masing (halaman 20).
Di dalam menuntut ilmu dan beramal, kita juga harus memiliki prioritas. Islam mengajarkan untuk mengerjakan suatu perkara dan meninggalkan perkara lainnya. Di antara ciri-ciri baiknya keislaman seseorang adalah dengan meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat bagi dirinya, menghindari semua yang tidak penting buatnya, serta menyampingkan segala yang tidak memberi faedah kepadanya (halaman 7). Jadi, prioritas di dalam menuntut ilmu bagi seorang muslim adalah mempelajari ilmu yang bermanfaat bagi kehidupannya begitu juga di dalam mengamalkan ilmunya. Prioritas di dalam beramal adalah mendahulukan yang wajib sebelum yang Sunnah atau mustahab (dianjurkan).
Selanjutnya, amal perbuatan seseorang akan tercermin dalam doanya karena do’a adalah buah dari amal perbuatan. Seseorang tidak akan berdo’a dengan sungguh-sungguh jika dia juga tidak beramal dengan sungguh-sungguh dan mengetahui pentingnya doa. Do’a merupakan ibadah yang paling mulia dan utama. Dikarenakan do’a itu adalah ibadah, maka meninggalkannya merupakan bentuk kekufuran dan keangkuhan (halaman 97).
Di dalam berdakwah juga ada prioritas. Berdakwah harus dimulai dari diri sendiri, kemudian istri/suami dan anak-anak. Sebelum mengajak anak-anak sahabat, ajaklah anak-anak paman. Sebelum mengajak anak-anak paman, terlebih dahulu anak-anak saudara yang harus didakwahi, dan begitu seterusnya.
Di bab-bab terakhir, penulis mengingatkan bahaya orang yang tidak mengamalkan ilmunya. Penulis juga menyerukan nasehat kepada ulama dan pelajar, para da’i dan imam masjid, penulis dan penerbit serta para pengusaha untuk benar-benar memerhatikan dan menyebarluaskan ilmu yang benar-benar bermanfaat untuk umat. Di bab terakhir, penulis mengutipkan beberapa perkataan hikmah dari kitab Iqtidhaa-ul ‘ilmi al ‘amal karya Al-Khatib Al-Baghdadi, di antaranya:

"Barang siapa mempelajari ilmu untuk diamalkan, maka ilmu itu akan membuatnya bersikap tawadhu’ dan tunduk kepada Allah. Namun, barang siapa mempelajarinya bukan untuk diamalkan, maka ilmu itu hanya akan membuatnya semakin angkuh (halaman 160-161)"

"Sesungguhnya, jika orang yang berilmu tidak mengamalkan ilmunya, maka nasehatnya tidak akan sampai ke hati manusia, sebagaimana tergelincirnya air dari sebuah batu besar (halaman 168)"

"Manusia yang  paling banyak dimintai pertanggungjawabannya pada  hari Kiamat adalah orang-orang yang sehat namun tidak memiliki kesibukan (halaman 174)"

Lalu, manakah yang harus diprioritaskan ketika dihadapkan pada pilihan menuntut ilmu, beramal ataukah berdakwah? Jawabannya bisa dibaca sendiri di buku setebal 177 halaman ini.
⚛⚛⚛
Buku yang ada di dalam tangan saya ini memang terbitan lama. Setelah mengecek di web penerbitnya, ternyata buku ini masih beredar di pasaran. Mengingat pentingnya buku ini maka saya putuskan untuk mereviewnya.
Di bab awal, saya langsung merasa tertampar. Banyak sekali nasehat yang disampaikan untuk mengingatkan pembaca pentingnya menuntut ilmu. Seperti yang telah dijelaskan di atas, sengaja tidak menuntut ilmu hukumnya HARAM. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak menuntut ilmu. Apalagi di era teknologi yang sudah berkembang dengan pesatnya. Kajian bisa diunduh dengan begitu mudahnya. Web-web yang rutin diisi oleh para asatiz bertebaran. Hanya tinggal dorongan untuk mengalahkan rasa enggan yang kita perlukan.
Tidak banyak yang bisa saya ungkapkan selain isi dan kelebihan dari buku ini. Muatan yang padat dengan penyajian yang ringkas membuat buku ini bisa dinikmati oleh semua kalangan. Tidak ada penjelasan yang bertele-tele, semua langsung masuk pada poin sesuai judul bab. Meskipun demikian, saya membacanya secara perlahan agar bisa meresapi maksud dari penulis.
Terkait masalah penyajian, buku ini disajikan dengan penulisan ilmiah yang disertai catatan kaki. Adapun cover yang menurut saya kurang menarik sepertinya memang sengaja dibuat demikian. Karena, buku-buku dari penerbit yang sama memiliki tampilan yang sejenis.
5 bintang untuk buku yang bertabur nasehat nan menggugah ini.

Detail Buku
Judul : Prioritas dalam Ilmu, Amal dan Dakwah
Penulis : syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awaisyah
Penerbit : Pustaka Imam Asy-Syafi’i
Halaman : xviii + 177
Cetakan : I, Desember 2007
ISBN : 9786028062008
Harga : Rp.20.000

2 komentar:

  1. Ntar kalau nemu bukunya coba ngintip deh. kayaknya bagus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, menurutku buku ini bagus. Mungil tapi powerfull.
      Terima kasih udah berkunjung mbak :-)

      Hapus

Komentar yang teman tinggalkan sangat berharga bagi saya. Terima kasih telah berkunjung dan berkenan meninggalkan jejak ^ ^

FlatBook

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vestibulum rhoncus vehicula tortor, vel cursus elit. Donec nec nisl felis. Pellentesque ultrices sem sit amet eros interdum, id elementum nisi ermentum.Vestibulum rhoncus vehicula tortor, vel cursus elit. Donec nec nisl felis. Pellentesque ultrices sem sit amet eros interdum, id elementum nisi fermentum.




Comments

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *