Banyak kita
temui orang yang kelihatannya berilmu tapi tidak pernah menyeru pada kebaikan.
Sebaliknya, banyak yang menyeru pada kebaikan tetapi diri dan keluarganya tidak
diperhatikan. Ada lagi, orang yang beribadah tetapi tidak didasarkan ilmu yang
benar, hanya berdasarkan asumsi atau melihat contoh tanpa tahu dalilnya.
Buku Prioritas
Ilmu, Amal dan Dakwah ini membahas pentingnya menuntut ilmu kemudian
mengamalkan ilmu yang telah diperoleh kemudian mendakwahkan/ mengajak orang
lain ikut serta.
Di bab-bab
awal, penulis memberikan motivasi akan pentingnya menuntut ilmu dan menjawab
pertanyaan yang terkadang hinggap di pikiran seorang muslim. “Apakah
tidak
menuntut ilmu akan menjadi penyebab keselamatan? Mengingat ilmu yang sedikit
akan menuntut amal yang sedikit pula?” Di sini, Penulis menjawab dengan tegas
bahwa sengaja tidak mau menuntut ilmu hukumnya adalah HARAM. Sebab, setiap
orang diwajibkan untuk menuntut ilmu dan belajar sesuai kemampuan masing-masing
(halaman 20).
Di dalam
menuntut ilmu dan beramal, kita juga harus memiliki prioritas. Islam
mengajarkan untuk mengerjakan suatu perkara dan meninggalkan perkara lainnya.
Di antara ciri-ciri baiknya keislaman seseorang adalah dengan meninggalkan
segala sesuatu yang tidak bermanfaat bagi dirinya, menghindari semua yang tidak
penting buatnya, serta menyampingkan segala yang tidak memberi faedah kepadanya
(halaman 7). Jadi, prioritas di dalam menuntut ilmu bagi seorang muslim adalah
mempelajari ilmu yang bermanfaat bagi kehidupannya begitu juga di dalam
mengamalkan ilmunya. Prioritas di dalam beramal adalah mendahulukan yang wajib
sebelum yang Sunnah atau mustahab (dianjurkan).
Selanjutnya, amal
perbuatan seseorang akan tercermin dalam doanya karena do’a adalah buah dari
amal perbuatan. Seseorang tidak akan berdo’a dengan sungguh-sungguh jika dia
juga tidak beramal dengan sungguh-sungguh dan mengetahui pentingnya doa. Do’a
merupakan ibadah yang paling mulia dan utama. Dikarenakan do’a itu adalah
ibadah, maka meninggalkannya merupakan bentuk kekufuran dan keangkuhan (halaman
97).
Di dalam
berdakwah juga ada prioritas. Berdakwah harus dimulai dari diri sendiri,
kemudian istri/suami dan anak-anak. Sebelum mengajak anak-anak sahabat, ajaklah
anak-anak paman. Sebelum mengajak anak-anak paman, terlebih dahulu anak-anak saudara
yang harus didakwahi, dan begitu seterusnya.
Di bab-bab
terakhir, penulis mengingatkan bahaya orang yang tidak mengamalkan ilmunya.
Penulis juga menyerukan nasehat kepada ulama dan pelajar, para da’i dan imam
masjid, penulis dan penerbit serta para pengusaha untuk benar-benar
memerhatikan dan menyebarluaskan ilmu yang benar-benar bermanfaat untuk umat. Di
bab terakhir, penulis mengutipkan beberapa perkataan hikmah dari kitab
Iqtidhaa-ul ‘ilmi al ‘amal karya Al-Khatib Al-Baghdadi, di antaranya:
"Barang siapa mempelajari ilmu
untuk diamalkan, maka ilmu itu akan membuatnya bersikap tawadhu’ dan tunduk
kepada Allah. Namun, barang siapa mempelajarinya bukan untuk diamalkan, maka
ilmu itu hanya akan membuatnya semakin angkuh (halaman 160-161)"
"Sesungguhnya, jika orang yang
berilmu tidak mengamalkan ilmunya, maka nasehatnya tidak akan sampai ke
hati manusia, sebagaimana tergelincirnya air dari sebuah batu besar (halaman
168)"
"Manusia yang paling banyak dimintai pertanggungjawabannya
pada hari Kiamat adalah orang-orang yang
sehat namun tidak memiliki kesibukan (halaman 174)"
Lalu, manakah
yang harus diprioritaskan ketika dihadapkan pada pilihan menuntut ilmu, beramal
ataukah berdakwah? Jawabannya bisa dibaca sendiri di buku setebal 177 halaman
ini.
⚛⚛⚛
Buku
yang ada di dalam tangan saya ini memang terbitan lama. Setelah mengecek di web
penerbitnya, ternyata buku ini masih beredar di pasaran. Mengingat pentingnya
buku ini maka saya putuskan untuk mereviewnya.
Di bab awal,
saya langsung merasa tertampar. Banyak sekali nasehat yang disampaikan untuk
mengingatkan pembaca pentingnya menuntut ilmu. Seperti yang telah dijelaskan di
atas, sengaja tidak menuntut ilmu hukumnya HARAM. Jadi, tidak ada alasan untuk
tidak menuntut ilmu. Apalagi di era teknologi yang sudah berkembang dengan
pesatnya. Kajian bisa diunduh dengan begitu mudahnya. Web-web yang rutin diisi
oleh para asatiz bertebaran. Hanya tinggal dorongan untuk mengalahkan rasa
enggan yang kita perlukan.
Tidak banyak
yang bisa saya ungkapkan selain isi dan kelebihan dari buku ini. Muatan yang
padat dengan penyajian yang ringkas membuat buku ini bisa dinikmati oleh semua
kalangan. Tidak ada penjelasan yang bertele-tele, semua langsung masuk pada
poin sesuai judul bab. Meskipun demikian, saya membacanya secara perlahan agar
bisa meresapi maksud dari penulis.
Terkait
masalah penyajian, buku ini disajikan dengan penulisan ilmiah yang disertai
catatan kaki. Adapun cover yang menurut saya kurang menarik sepertinya memang
sengaja dibuat demikian. Karena, buku-buku dari penerbit yang sama memiliki
tampilan yang sejenis.
5 bintang untuk buku yang
bertabur nasehat nan menggugah ini.
Detail Buku
Judul : Prioritas dalam Ilmu,
Amal dan Dakwah
Penulis : syaikh Husain bin ‘Audah
al-‘Awaisyah
Penerbit : Pustaka Imam
Asy-Syafi’i
Halaman : xviii + 177
Cetakan : I, Desember 2007
ISBN : 9786028062008
Harga : Rp.20.000
Ntar kalau nemu bukunya coba ngintip deh. kayaknya bagus
BalasHapusIya mbak, menurutku buku ini bagus. Mungil tapi powerfull.
HapusTerima kasih udah berkunjung mbak :-)